Berhati-hatilah dalam memperlakukan anak. Anak adalah masa dimana seseorang belajar mengenal diri dan lingkungannya. Apa yang terjadi bila seorang anak mendapatkan perlakuan yang salah yang tak semestinya didapatkan oleh seorang anak? Trauma..dari trauma yang ringan sampai yang berat. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap cara berpikir dan pola komunikasi anak tersebut nantinya. Seperti membuang sampah ke sungai, memang tidak ada dampak yang tampak secara langsung, namun dampak yang fatal akan dirasakan di kemudian hari.
Penjelasan Sifat Individu
Personalitas seseorang yang mengalami trauma cenderung membatasi diri dengan orang lain Dalam berkomunikasi pun dia sangat jarang atau berhati-hati, sehingga individu lain akan menganggap dia sebagai individu yang sombong dan tidak peduli dengan yang lain. Sesorang yang mengalami trauma jarang membuka pembicaraan dan kerap kali ingin segera menyelesaikan pembicaraan, ini membuat lawan bicaranya menjadi tidak nyaman apabila berbicara dengannya. Membuat orang yang mengalami trauma akan semakin sulit dalam berkomunikasi, menjalin hubungan dan berinteraksi, namun hal ini tidak merupakan masalah baginya karena ia lebih nyaman bila menyendiri.
Penjelasan Keadaan
Dalam situasi dimana kita dituntut untuk menggunakan pikiran dan ego dalam perbincangan untuk membahas suatu topik, biasanya kebanyakan orang yang trauma merasa kurang tertarik untuk melibatkan diri meskipun perbincangan tersebut dalam bentuk formal maupun informal, baik mereka terlibat ataupun tidak terlibat secara langsung dalam perbincangan tersebut. Namun apabila mereka terlibat mereka akan berhati-hati dalam menyusun kata-kata dan berharap bahwa argumen yang ia keluarkan mampu menjadi solusi terakhir sehingga pembicaraan akan dapat segera selesai karena ia tidak suka menimbulkan masalah baru yang pada akhirnya membuat masalah baru, ini sebagai tindak lanjut mereka karena mereka tidak suka terlibat dalam suatu pembicaraan
Penjelasan Proses
Jalan pikiran seseorang penderita trauma sering memutar-mutar menjelajah jauh ke dalam imajinasi dan khayalannya, karena memang mereka termasuk orang yang suka diam dan merenung diri sehingga mereka sering memikirakan hal-hal yang sering terjadi, yang dibayangkan dan bahkan yang akan terjadi selanjutnya. Dalam mengabil keputusan mereka tidak mau gegabah dan membuat kesalahan lagi yang mengakibatkan kefatalan terhadap dirinya. Secara langsung berpengaruh pada proses mental (stimulus-respon) mereka, dalam menstimulus dan merespon mereka sering telalu lama dalam berpikir sehingga kurang tanggap dalam memberikan respon kepada orang lain. Dalam memberikan stimulus pun mereka juga sering mengalami masalah dikarenakan sifat mereka yang pemikir, membuat mereka susah untuk menyusun kata dan kalimat dalam menyampaikan maksud pikiran mereka.
Ketakutan Komunikasi (Communication Aprehension)
Ketakutan berkomunikasi dengan orang lain seringkali terjadi terutama terhadap orang baru yang belum dikenal yang mimiliki sifat dan ciri-ciri baru yang belum mampu diintepretasi oleh mereka yang trauma secara langsung saat berhadapan dengan orang yang baru dikenal. Sebagian kesulitan komunikasi berasal dari fakta bahwa kelompok-kelompok budaya dalam suatu kehidupan masyarakat mempunyai perangkat norma yang berlainan, dalam hal ini adalah kelompok mereka yang mengalami trauma dengan mereka yang tidak mengalami trauma. Oleh karena fakta atau rangsangan komunikasi yang sama mungkin dipersepsikan secara perbeda, sehingga kesalahpahaman hampir tidak dapat dihindari, akan tetapi ini tidaklah berarti bahwa perbedaan tersebut buruk, hanya saja dibutuhkan toleransi atas perbedaan sebagai tanda kematangan dalam berbudaya. Mengutuk orang lain adalah tanda kebebalan atau kecongkaan.
Personal kognitif
Merupakan suatu pengharapan untuk mengurangi ketakutan berbicara. Mereka yang mengalami trauma biasa melakukan hal tersebut dengan cara berbicara denga diri sendiri, berbicara di hadapan kaca denga bayangannya sendiri, dengan boneka dan benda-benda mati lainnya yang tidak dapat memberikan respon terhadap apa yang mereka ungkapkan. Mereka masih sering merasa ketakutan untuk mengungpkan isi hatinya kepada orang lain. Dengan cara ini, lama kelamaan akan dapat melancarkan kemampuan berkomunikasi mereka. Namun juga tidak menjamin untuk membantu mereka dalam mengumpulkan keberanian untuk membangun komunikasi dengan orang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar